NGABUBUBUS: Ngabuburit Naik Suroboyo Bus (pt 2)

 Petualangan berlanjut


Hai, ini Akit.

Pada tulisan yang lalu, saya menuliskan bagaimana menaiki Subo dari rumah sampai Terminal Intermoda Joyoboyo. Pada Tulisan kali ini saya akan menuliskan bagaimana sampai ke Jalan Tunjungan.

Lets Go...

Sesampainya di Terminal Intermoda Joyoboyo, saya dan Aira turun dari Subo dan berniat pindah ke Subo jurusan Rajawali, karena Subo ini yang akan melewati Jalan Basuki Rachmad dan Tunjungan. 

Bagaimana saya tahu?

Cukup mudah, buka aplikasi Gobis << Suroboyo Bus << Rute Purabaya Rajawali 

Sempat merasa kebingungan karena tidak ada tertulis di lajur mana kami harus menunggu, untungnya petugas yang ramah sigap menjawab pertanyaan saya. Tak sampai 5 menit menunggu, bus kami sudah memasuki area terminal. Bergegas memasuki bis tersebut, yang rupanya tak jauh berbeda dengan Subo asal Wiyung tadi. Hanya saja di layar LED di belakang, samping dan depan bus menunjukkan rute perjalan Bus ini.


Tak jauh berbeda dengan SUBO pertama, kami ditanya bagaimana akan membayar dan turun di mana. Awalnya kami akan turun di halte Basuki Rachmad, namun mengingat masih pukul 16.00, saya memutuskan untuk turun di halte Siola. Selama hasil print out saya simpan, perubahan pemberhentian tak jadi masalah. Kita bisa memencet bel untuk berhenti pada pintu keluar di tengah bus, menjelang halte yang kita tuju.


Rute Rajawali Purabaya merupakan rute yang pas untuk melancong berjalan-jalan karena menghubngkan terminal besar di perbatasan Sidoarjo dan kawasan Kota Tua Surabaya.

Sebut saja, kawasan Tugu Pahlawan, Pasar Turi, Jembatan Merah, jalan Rajawali, Museum NU, Siola, Jalan Tunjungan dengan Tunjungan romansanya. Aira cukup menikmati perjalanan ini sambil mengamati penumpang yang turun naik dan masih bisa bertransaksi dengan menukarkan botol plastik di atas bus. 

Pada gambar di atas, tonjolan bewarna kuning itu adalah bel yang dibunyikan ketika kita akan turun di halte yang kita tuju.
Iseng saya meneliti aplikasi Gobis, ternayat di sana juga tercantum beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi, mulai dari sentra UKM Surabaya sampai objek lainnya seperti Museum.

Buka saja aplikasi Gobis << pilih menu Tempat Wisata 

Pada daftar tempat wisata Museum, beberapa dilalui oleh Subo yang saya naiki bersama Aira ini. Namun kami memutuskan hanya menikmati tampak luarnya dari atas Bus.

Kami turun di halte Siola dan memutuskan menikmati pemandangan sepanjang jalan Tunjungan yang sore itu penuh dengan muda mudi yang asyik menunggu bedug magrib sambil berfoto di depan bangunan lawas atau mural-mural yang tersebar di kawasan tersebut.



Sepanjang perjalanan, berulang kali saya mengecek kondisi Aira, khawatir kalau dia kecapekan dan merajuk. Tapi ternyata, dia sangat menikmati petualangan kecil kami, mengingat berpergian dengan Tayo Merah Surabaya adalah hal yang sudah lama kami rencanakan dan baru terwujud.

Di jalan Tunjungan, kami sempat berfoto dengan mural karya tim mural pak bos Cakmad dan teman teman Mural Suroboyo (Arek Mboyo) yang bertema Tunjungan tempo dulu.


Meski sejujurnya, sedikit salah saya turun di Halte Siola, dikarenakan titik bertemu dengan Cakmad adalah di dekat taman Apsari sehingga lebih dekat kalau kami turun di halte SMA 6 atau Grahadi. Namun, jalan kaki melewati Tunjungan Plaza dan Hotel Tunjungan juga cukup menyenangkan, memandangi mobil berlalu lalang dan orang-orang yang memasuki area TP.

Tepat sebelum Maghrib, saya, Aira dan Cakmad bertemu. Menghabiskan waktu untuk beribadah, berbuka bersama serta ngobrol ringan mengenai perjalanan kami masing-masing, sampai pukul 19.00. Saat akan pulang, ada beberapa pilihan yang kami pikirkan.

Pilihan pertama adalah Cakmad pulang dengan kembali bersepeda, sedang saya dan Aira menaiki Gocar. Pilihan kedua, Cakmad bersepeda, kami naik Subo dan oper Gocar di halte wiyung. Pilihan ketiga, bersama-sama naik Subo dan oper Gocar sampai di halte Wiyung. 

Namun sayangnya, saat Subo yang kami tunggu mendekat, pengunci dan pengaman pada rak sepeda sedang rusak, sehingga tak bisa memuat sepeda Cakmad yang bertipe mini velo. Mungkin jika kami membawa sepeda lipat, kami masih mungkin bersama naik Subo dan menikmati perjalanan malam.

Khawatir terlalu larut, pilihan kedua kami ambil. Harap-harap cemas, karena Cakmad belum pernah bersepeda malam, saya hanya bisa berdoa di sepanjang perjalanan. 

Saya dan Aira naik di halte Basuki Rachmad, Subo rute Rajawali-Purabaya dan turun di halte Marmoyo dekat Perpustakaan BI di jalan Darmo, lalu oper Subo jurusan Wiyung. 

Instruksi untuk menyimpan Print out benar-benar kami terapkan, karena di terminal Intermoda saya dan Aira dioper pada Subo jurusan Wiyung lainnya yang sudah lebih dahulu di terminal dan masih kosong. Tapi waktu tunggu itupun tak lama, kurang lebih hanya 10 menit, dan tanpa perlu membayar ulang.

Di dalam Subo, saya berulang kali mengecek Aira agar tak tertidur serta menyempatkan mengisi daya ponsel yang hampir habis.



Tiba di halte Gogol, kami turun dan bertemu dengan Cakmad yang telah sampai lebih dulu dan mengendarai motor untuk menjemput kami.

Sungguh petualangan yang menyenangkan, menaiki Subo melihat-lihat Surabaya. Bisnya yang bersih, luas, dan berpendingin serta bebas asap rokok membuat saya dan Aira cukup betah. Perjalanan pun relatif lancar meski ada beberapa kepadatan di beberapa titik, petugasnya ramah dan menjawab  pertanyaan kepo saya dengan baik.

Botol-botol plastik yang bisa ditukarkan dengan tiket sampai awal Mei nanti, tak berserak dan tak berbau.

Rencana selanjutnya, kami ingin menjajal rute bus Trans Surabaya yang beda dengan Subo ini karena menghubungkan UNESA-ITS. 
Penasaran, apakah akan sama?
dan apakah kami bisa membawa sepeda lipat ke dalam bis?

Hmmmm....

Tunggu cerita selanjutnya ya..

Bye byeee






Komentar

Postingan Populer