Sekolah Lagi di Komunitas Merdeka Belajar


Hai, ini Akit.
Hari ini berkesempatan mengikuti acara
Rembuk Komunitas: Bergerak Bersama dan Berdaya Bersama yang diadakan secara daring maupun luring pada tanggal 24 Mei 2022 pukul 13.00.




Tahu adanya acara ini diinformasikan di grup WA, mengingat saya  anggota baru di Sidina Community Awalnya hanya penasaran saat melihat selebaran acara ini, apalagi ada nama mas Menteri yang juga menjadi Pembicara Utama dengan tiga komunitas, salah satunya Sidina juga ikut mengisi acara. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari Mbak Suzie Icus, Founder Sidina, acara ini sebenarnya adalah salah satu rangkaian perayaan Hari Pendidikan Nasional 2022, bersama dengan Komunitas Kami Pengajar dan Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka. Sidina dan dua komunitas tersebut tergabung dalam satu jaringan komunitas yang bernama Komunitas Merdeka Belajar, yang berkeinginan untuk mendorong program Merdeka Belajar yang dirumuskan oleh Kemendikbudristek agar tercapainya Sumber Daya Manusia yang unggul.

Lebih jauh, mbak Suzie Icus mengatakan, Rembuk Komunitas ini bertujuan agar bisa mendorong aksi kolaboratif serentak dari guru, mahasiswa, serta orang tua demi meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia, melalui dukungan terhadap program Merdeka Belajar Kemendikbudristek.

Pada acara Rembuk Komunitas ini, sepanjang jalannya acara saya mengikuti sambil sesekali berkilas balik mengenai perjalanan hidup saya pada waktu bersekolah sampai pada titik ini. Ada beberapa hal yang saya syukuri salah satunya adalah bersyukur pernah menjadi pendamping guru di sebuah sekolah Inklusi Swasta di Surabaya, yang lebih banyak membuat saya memahami sudut pandang semua narasumber di acara ini.

Acara yang berlangsung dalam empat sesi, tiga diantaranya adalah dialog masing-masing komunitas dengan narasumber yang mumpuni, dan yang terakhir adalah Keynote Speak dari Mas Menteri Nadiem Makarim

Pada sesi 1 yang menampilkan pembicara Barry Mikhael CS (Content Manager Platform Merdeka Mengajar) dan Ibu Titien Suprihatien (SMPN 11 Kabupaten Batanghari Jambi) dengan dimoderatori oleh ibu Luh Eka Yanti dari Komunitas Kami Pengajar, lebih banyak merefleksi perubahan apa yang terjadi saat proses belajar mengajar yang semula luring menjadi daring karena Covid-19.



Ibu Titien mengungkapkan perubahan ini jelas terasa signifikan dan akan sangat memerlukan bantuan orang tua dalam prosesnya. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan survei pada orang tua dengan menggunakan angket sederhana yang berisi pertanyaan apa saja kebutuhan orang tua untuk pembelajaran jarak jauh. Dari hasil angket tersebut kemudian diolah bersama, dan didapatkan hasil bahwa sekolah akan menjalankan program luring dan daring sekaligus. Program daring dilakukan dengan media Facebook melalui fitur Live Streaming. Facebook dipilih karena dirasa lebih mudah pengoperasiannya dan masih banyak yang awam dengan media lain seperti Zoom.

Selama program ini dijalankan, ternyata ada beberapa keluhan dari orang tua yang masuk, dan dijadikan bahan evaluasi bersama. Mulai dari hanya ada satu gawai, tidak ada yang mendampingi anak, tugas yang terlalu banyak dan sebagainya.

Program pembelajaranpun akhirnya disesuaikan,  mulai dari pemberian tenggat waktu yang lebih luas, pembelajaran berbasis project dan Life Skill, dan sebagainya. Perubahan ini dimaksudkan agar siswa menjadi aktif dan siapapun pendamping belajar di rumah bisa mendampingi dan melakukan bersama.

Inilah semangat dari program Merdeka Belajar, tak hanya siswa yang belajar tapi gurupun harus mau belajar, karena perubahan yang terjadi. Bu Titien juga mengungkapkan metode belajar secara daring melalui facebook ini juga mendapat sambutan baik dari teman-teman guru, sehingga bersama mereka membuat jadwal untuk live yang juga bisa digunakan dan dipelajari oleh murid lain lintas sekolah.


Sedangkan Pak Barry mengatakan, memang guru dalam kondisi kemarin didorong untuk terus berinovasi dan kreatif agar program pembelajaran bisa berlangsung dengan baik tanpa meninggalkan nilai-nilai yang diwariskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro. Guru tak hanya diam tapi juga menjadi pembelajar aktif yang menyesuaikan dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi. 

Guru diharapkan bisa lebih dekat dengan anak didiknya,menemani proses belajarnya, berkomunikasi sehingga bisa memahami tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Karena terus terang, sudah tidak sama antara jaman kita dulu bersekolah dengan jaman sekarang. Guru juga diharapkan tak bergerak sendirian tapi juga berkomunitas, sehingga bisa saling mendukung karena kebutuhan tiap daerah tidak sama. Dari pihaknya pak Barry, mengatakan adanya platform Merdeka Mengajar, bisa membantu guru-guru untuk menemukan materi, referensi yang berkualitas untuk membantu guru belajar.

Mendengar penuturan dua narasumber di atas, saya sebagai orang tua merasakan betul bagaimana guru-guru di sekolah Aira berusaha untuk bisa memfasilitasi kebutuhan baik orang tua maupun siwa. Grup WA dibuat per mata pelajaran untuk memudahkan komunikasi dengan guru pengampu mata pelajaran selain grup kelas, deadline tugas dan ulangan yang cukup fleksibel, pembelajaran daring melalui Zoom dengan pemberitahuan sehari sebelumnya, resume harian oleh wali kelas mengenai informasi tugas, ulangan harian dan link zoom. 

Penyesuaian ini jelas tidak ada waktu saya sekolah, sehingga memungkinkan untuk saya dan Aira tetap mengikuti pembelajaran di sekolah, meski saya di luar kota menengok Buyut Aira yang sakit atau mengejar ketertinggalan karena Aira dirawat di Rumah Sakit karena Demam Berdarah.

Berlanjut pada sesi kedua, di sini ada Rafid Mahlul (Leader Projects NGO Internasional) dan Muhammad Faisal, Fasilitator Program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MKBM) dipandu oleh Rizal Maula dari Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka. 


Rafid Mahlul yang juga pengajar mengatakan Program Kampus Merdeka yang digagas oleh Kemendikbudristek merupakan sebuah peluang yang memungkinkan adik-adik mahasiswa dimanapun berada untuk mendapatkan pengetahuan yang tidak diperoleh di kampus maupun jurusannya, juga bisa memperluas relasi, memberikan motivasi serta mengenal terlebih dahulu dunia kerja sebelum benar-benar terjun di lapangan.


Hal serupa juga diutarakan oleh Faisal yang merupakan alumni dari Program Kampus Merdeka ini, menurutnya program ini mendorong mahasiswa berpikir kritis dengan melihat permasalahan langsung di lapangan. Mahasiswa seperti dirinya juga jadi leluasa untuk mengembangkan diri baik dari keilmuan yang dipelajari atau lintas sektor secara langsung. Bahkan menurutnya melalui program ini, temannya bisa direkrut oleh tempatnya magang untuk menjadi karyawan kontrak sebelum lulus kuliah dan diminta oleh perusahaan lain saat kontraknya habis.



Menurut Rafid, inilah poin penting dalam program ini. Sebagai profesional di bidangnya, Rafid menambahkan perusahaan akan lebih memilih karyawan yang memiliki pengalaman, daripada yang nilai akademisi dan kemampuan berorganisasi. Ketiganya penting, tapi poin di pengalaman ini lebih ditekankan, karena perusahaan menilai lulusan dengan pengalaman kerja dinilai cukup matang dan lebih siap di dunia kerja dibandingkan dengan lulusan tanpa pengalaman kerja.

Diaminkan juga oleh Faisal yang mengatakan softskill mahasiswa melalui program ini semakin terasah, tak hanya terbatasi oleh ruang kelas dan hanya presentasi. Tapi juga bagaimana mengatasi masalah, berkomunikasi, manajemen diri dan manajemen waktu juga semakin terasah. 

Di sesi kedua ini, jujur saya lebih tersentil dan merasa iri, karena ada program sebagus ini. Bisa dibilang ini yang saya butuhkan dulu, namun benar-benar saya rasakan dan saya dapatkan seusai menikah dan berpindah bidang kerja meski masih berkaitan. 

Sedikit curhat, saya lulusan Ilmu Keperawatan, dan pengalaman magang pertama adalah di Lingkungan Rumah Sakit, Klinik, Masyarakat, dan Panti Sosial, yang saya dapatkan jika mengikuti program profesi. Dan saat itu saya menyadari keterbatasan diri dan realita kerja di lapangan yang membuat saya memutuskan untuk tidak bekerja sebagai petugas medis. 

Kemudian saya diterima di sekolah Inklusi sebagai terapis, di mana fungsi saya adalah membantu Guru dan Orangtua untuk memaksimalkan potensi anak dalam mengikuti program belajar mengajar secara klasikal. Ini, membuka wawasan saya, ternyata ada keterkaitan antara ilmu yang saya dapat di sekolah dengan pekerjaan saya. Meski terkesan lintas jalur, dari kesehatan ke pendidikan. 

Kolaborasi lintas jurusan dan lintas keilmuan saya rasa memang tak cukup jika hanya melalui KKN yang berlangsung hanya 1 bulan. Sungguh iri dengan adanya progranm Kampus Merdeka ini. Hal ini juga disebutkan oleh Mas Rafid yang mengatakan tak ada program serupa saat dia kuliah. Sehingga ini adalah peluang yang harus diambil dan melakukan yang terbaik,karena melalui peluang ini mengingat usia teman mahasiswa yang masih muda, akan memungkinkan untuk pendapatkan pengalaman dan meminimalisir kegagalan yang mungkin terjadi. Diaminkan oleh Faisal yang mengatakan ini adalah kesempatan untuk menebar kebaikan. Baik sebagai mahasiswa yang mengikuti program ini ataupun alumni yang menyebarkan informasi dan menjadi fasilitator adiknya yang mengikuti program ini sehingga lebih jauh bisa digunakan untuk menekan angka pengangguran di Indonesia.

Sesi ketiga, ini sesi yang paling saya tunggu karena ingin melihat Mbak Mona Ratuliu, sekaligus ini apa yang saya hadapi sehari-hari. Mendampingi Aira untuk belajar dan bersiap untuk masa depanya. Jujur, dari dua sesi sebelumnya, saya benar-benar merasa senang karena dipertemukan dengan Komunitas Merdeka Belajar ini.

Sistem Belajar dan Mengajar di Indonesia mau tak mau harus berbenah, karena memang terjadi perubahan di sana sini, karena tantangan yang dihadapi oleh Aira misalnya tak sama seperti apa yang saya hadapi dulu semasa sekolah. Sesederhana pengoperasian gawai untuk mengerjakan ulangan misalnya atau membuat foto dan video untuk tugas sekolah. Saya sungguh bersyukur karena memang nyatanya saya tak sendirian, ada teman-teman di Komunitas Merdeka Belajar yang merasakan dan mengalami apa yang saya rasakan.




Sesi Ketiga berlangsung sangat menyenangkan, dipandu oleh Mbak Suzie Icus, Mbak Mona sendiri sangat antusias mengenai program merdeka mengajar ini dan memberi banyak insight apa yang perlu orang tua lakukan selama pendampingan pembelajaran. 

Pada prinsipnya semua kegiatan pembelajaran dilakukan agar anak bahagia, baik dalam proses pembelajaran maupun di masa depan, dengan orang tua menciptakan suasana yang menyenangkan saat belajar di rumah, anak akan menjadi lebih bersemangat untuk belajar.

Secara personal, metode yang dilakukan untuk mbak Mona adalah membiasakan anak untuk memilih, saat di awal diajari untuk memilih sederhananya seperti memilih baju apa, memilih warna apa, anak akan terbiasa menentukan pilihannya. Karena di masa depan, kehidupannya akan berkutat di keputusannya untuk memilih. Memilih belajar apa, sekolah dimana, memilih menjadi apa dsb.

Karena yang perlu orang tua sadari, masing-masing anak ini memiliki kepribadian yang berbeda.Kepribadian ini yang melekat pada diri anak, dengan pembiasaan memilih sedari kecil anak akan juga terbiasa berpikir kritis, dan mempertimbangkan beragam resiko yang dihadapi. Tentu sebagai orang tua kadang kita merasa pilihan anak kita kurang tepat, karena kita tahu bagaimana efeknya, bagaimana akibatnya dsb. Bukan untuk memaksakan informasi mengenai akibat-akibat itu pada anak, tapi kita memberi masukan mengenai resiko masing masing pilihan.

Dari sana anak akan mulai terbiasa mengetahui bahwa ada resiko yang dia hadapi, dan menimbang setiap resiko karena dia yang merasakan sendiri. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih bertanggung jawab atas setiap keputusan yang dia ambil, karena semua berdasarkan pertimbangan akan akibat-akibat yang dia ketahui/rasakan sebelumnya. Anak akan lebih mengenal dirinya sendiri.



Hal ini diiyakan oleh Mbak Rosa, yang mengatakan bahwa pada dasarnya fokus utama dalam penerapan program ini adalah anak, dengan tiga prinsip sederhana, selama pembelajaran anak akan berkomitmen terhadap pembelajarannya, anak akan mandiri, dan yang terpenting anak akan merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.

Orang tua bertindak sebagai pendamping anak dalam keseluruhan proses ini, dalam Komunitas Ibu Penggerak, Para Ibu akan diajak untuk menemukan minat dan bakat anak berpatner dengan guru di sekolah. Karena masing-masing anak memerlukan pendekatan pembelajaran yang berbeda, ada kecerdasan majemuk, yang bila dikenali orangtua dan guru akan memaksimalkan potensi anak kita.


Sebagai salah satu orang tua, mbak Mona berharap bahwa terjadi perubahan dalam sistem pendidikan, bukan lagi seperti jaman dulu yang hanya berpusat pada guru, tapi juga mengandeng orang tua untuk bermitra, bergandengan tangan bersama untuk membentuk masa depan anak-anak kita. Karena memang perubahan ini tak bisa dihindari, dunia semakin berubah, dan aanak-anak akan juga dituntut untuk beradaptasi dengan semua perubahan ini. Adanya Sidina comunity maupun Komunitas Ibu Penggerak bisa membantu para orang tua yang kebingungan dengan model sekolah jaman sekarang karena oerbedaan kurikulum dsb. Adanya Sidina COmmunity juga diharapkan mampu mendorong orang tua untuk bersedia belajar lagi untuk menyesuaikan kebutuhan pendidikan anak

Pun demikian yang disampaikan oleh Mbak Rosa yang menuturkan, sebagai orang tua, akan ada kurikulum yang berfokus pada anak, memang tidak mudah, tapi langkah yang bisa diambil adalah kerjasama dengan para pendidik untuk menemukan minat dan bakat anak. Harapannya juga hal ini bisa lebih praktis diterapkan di lapangan tak melulu berkutat dengan teknis. Para orang tua juga sangat dianjurkan untuk berkomunitas atau bergabung dalam komunitas untuk mendapatkan ilmu yang akan menunjang hal hal tersebut.

Di Sidina Community di Komunitas Ibu Penggerak, ada wadah diskusi bersama, juga ada webinar rutin yang sangat relevan dengan kondisi orang tua, mulai dari konsep merdeka belajar, informasi dari Kemdikbutristek yang juga merupakan mitra dari komunitas ini. Karena kalau bukan orang tua siapa lagi yang akan peduli pada anak-anak kita.


Pada moment ini, saya berasa kembali saat menjadi terapis di Sekolah Inklusi itu, Motto "Education for All" dengan program pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan siswa dan berpusat pada siswa ternyata sangat relevan dan selaras dengan tujuan terbentuknya Komunitas Merdeka Belajar. Kala itu,bukan hanya guru, tapi orang tua juga diminta untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran siswa yang sebagian besar berkebutuhan khusus.

Saya sendiri di sekolah ini, berperan sebagai unit penunjang pembelajaran yang memberikan terapi untuk memudahkan/ memfasilitasi siswa menerima pembelajaran dalam konsep kelas, seperti melatih duduk tenang, memegang pensil dengan benar dsb. Hal ini tidak mudah dan perlu dilatihkan berulang-ulang, sehingga peran orang tua sangat diperlukan. Berdasarkan hasil pengamatan, orang tua yang berperan aktif dan merespon setiap catatan yang kami berikan, putra-putrinya menunjukkan progres yang baik. Sedangkan yang tidak pernah merespon atau tak pernah mengulangi pembelajarab/ program terapi di rumah menunjukkan perubahan yang sangat lambat.

Sehingga konsep kemitraan ini, serta adanya wadah komunitas bersama melalui Komunitas Merdeka Belajar, memang sangat perlu untuk pendidikan anak Indonesia, karena kebutuhan masing-masing anak baik yang tak berkebutuhan khusus maupun yang berkebutuhan khusus, sudah berbeda.

Seusai sesi ini ada sesi quis atau post test dan kesan pesan peserta yang mengikuti acara secara daring maupun luring, di layar saya ada lebih dari 500 orang yang mengikuti acara ini melalui Zoom. Peserta yang berasal dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan Papua mengikuti acara ini juga membagikan semangat serta dukungannya untuk bergerak bersama dan berdaya bersama. Terutamanya dari pengajar yang membutuhkan partisipasi aktif orang tua.

Di akhir sesi, ketiga moderator membacakan butir rekomendasi yang diserahkan langsung pada Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, agar bisa diteruskan, dilanjutkan maupun difasilitasi agar terciptanya  peningkatan  mutu pendidikan di Indonesia.




Rekomendasi pertama disampaikan oleh Koordinator Regional Bali Nusa Tenggara Komunitas Kami Pengajar, Luh Eka Yanthi. Beliau menyampaikan Merdeka Belajar jadi kunci sukses dalam pemulihan pendidikan khususnya pascapandemi. Komunitas Kami Pengajar berharap Kemendikbudristek untuk selalu melibatkan komunitas guru dan sekolah dalam menyukseskan implementasi program Merdeka Belajar di seluruh satuan pendidikan di Indonesia. 

Selanjutnya, sinergi Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak, komunitas guru sangat diperlukan agar program Merdeka Belajar bisa menjadi sebuah gerakan besar untuk perubahan mutu pendidikan.

Rekomendasi selanjutnya disampaikan oleh Koordinator Nasional Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka, Rizal Maula. Rizal Maula berharap Kemendikbudristek dapat memberikan dukungan program Mahasiswa Penggerak agar bisa memberikan dampak yang lebih luas. Selain itu, alumni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bisa diajak untuk bergerak bersama dalam menyukseskan Merdeka Belajar di tingkat peruguruan tinggi.


Rekomendasi selanjutnya disampaikan oleh Founder Sidina Community, Susi Icuz. Susi mengatakan Sidina Community sebagai komunitas mendorong orang tua untuk aktif terlibat dalam sosialisasi dan penerapan Merdeka Belajar dengan dukungan dari Kemendikbudristek sehingga Merdeka Belajar bisa menjadi gerakan semua orang tua. Selain itu, Susi berharap Kemendikbudristek memberikan ruang kolaborasi yang lebih besar untuk para orang tua terlibat dalam berbagai program pemajuan pendidikan.




Pada sambutannya Menteri Nadiem mengatakan dukungan yang diberikan oleh perwakilan forum guru, mahasiswa, dan orang tua terhadap Merdeka Belajar akan semakin mempercepat transformasi kualitas pendidikan nasional menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Komunitas Merdeka Belajar merupakan garda terdepan dalam gerakan Merdeka Belajar. Peran aktif dari komunitas, menurutnya menjadikan program Merdeka Belajar bisa terwujud dengan baik. “Tanpa Ibu dan Bapak, dan teman-teman semua, saya tidak yakin kita akan sampai di titik ini. Berhasil melewati pandemi dan memimpin pemulihan bersama. Terima kasih,” ucap Menteri Nadiem.


Menteri Nadiem mengaku, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tidak bisa bekerja sendirian. Tanpa dukungan dari masyarakat, lanjut Menteri Nadiem, Merdekar Belajar tidak akan menjadi kebijakan dan gerakan yang benar-benar berdampak.

“Saya dari dulu bilang bahwa gerakan merdeka belajar harus menjadi gerakan bukan hanya kebijakan atau tidak akan mendarah daging, membudaya di institusi pendidikan dan di masyarakat,” ucapnya.

Keterlibatan semua pihak mendorong Merdeka Belajar ini, kata Menteri Nadiem agar anak menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif. “Ini tidak akan terwujud tanpa kolaborasi yang erat antara guru dan orang,” ucapnya.


“Sekali lagi terima kasih atas kolaborasi yang telah dijalin dengan kami di Kemendikbudristek juga atas rekomendasi yang telah disampaikan kepada kami. Marilah kita terus melangkah bersama menjadikan gerakan ini menjadi milik kita semua dan bergerak serentak membawa Indonesia melompat ke masa depan dengan Merdeka belajar,” tutup Menteri Nadiem. 

Lebih lengkap mengenai pemaparan Mas Menteri bisa diakses di  alamat berikut: 

Penerimaan rekomendasi dari tiga komunitas, disambung dengan tanggapan Menteri Pendidikan dan dilanjutkan dengan berfoto bersama peserta, menjadi penutup kegiatan tersebut. Tapi hal ini bukan berarti kegiatan ini akan berhenti sampai di sini. Ini justru menjadi titik balik dan langkah awal untuk membuktikan dan mepraktikkan komitmen bersama tersebut.

Saya secara personal, merasa sangat beruntung bisa bertemu dan mengenal Sidina COmmunity, yang tak hanya membantu saya dalam mempersiapkan pendidikan Aira tapi yang terpenting mempersiapkan diri saya sendiri menghadapi setiap perubahan yang ada. Pemberdayaan perempuan, penguatan diri, serta aktualisasi diri benar-benar terasah dalam Sidina Community. Pun halnya dengan Komunitas Ibu Penggerak, yang baru saya kenal dua bulan terakhir. 

Bagi yang ingin berkenalan lebih jauh mengenai dua komunitas ini bisa mampir ke media sosialnya di alamat berikut atau dengan mengkiti tagar #KomunitasMerdekaBelajar dan #BergerakBerdayaBersama

Bulan ini ada pelatihan ibu-ibu Penggerak lho, pendaftarannya cukup mudah tinggal klik WA. Yuk bergabung, selain dapat pengetahuan baru kita juga dapat bertemu dengan teman-teman seluruh Indonesia untuk berjejaring. 




Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya.

Bye bye





Komentar

Postingan Populer